Suka Duka dan Tantangan Newscovery

Hari-hari penuh Liputan. Kami dituntut untuk mempraktekkan teori yang sudah ada di matakuliah. Terjun langsung ke lapangan memiliki kesan tersendiri, sangat mengasyikkan, penuh tantangan, dan banyak mengetahui tempat-tempat baru. Tetapi ditengah-tengah hasil jadi berita yang ditampilkan terkadang ada catatan kecil yang nyata namun tidak semuanya menyadari. Bila dilihat sekilas terasa mudah saat meliput dan menulis berita tetapi banyak orang yang tidak tahu cerita di balik layar. Jangankan orang lain, awalnya saya pun merasakan hal seperti itu, menganggap liputan bukan perkara yang sulit untuk dilakukan, namun semua terjawab ketika saya dihadapkan langsung untuk praktek. Maka saya ingin berbagi suka duka liputan dengan bercerita sepenggal kisah di balik layar hasil liputan kelompok NEWSCOVERY yang terdiri dari Noval, Nanda, Dewi, Nisa dan saya sendiri (Tinu). Mungkin ini hanya sebagian kecil namun Kebersamaan ini sangat terasa, kami dapat mengetahui dan mempelajari karakter masing-masing. Proses belajar yang cukup menantang seperti gado-gado, semua campur aduk dan semua ada disini.

Liputan tanpa deadline menjadi basi. Semua tidak lepas dari yang namanya deadline. Deadline bagaikan hantu. Hehehe. Mau tidak mau harus siap dikejar deadline untuk mendapatkan berita yang up to date. Ini proses belajar yang sesungguhnya sebelum menjadi seorang jurnalis. Tetapi jangan pusing karena semua memiliki cerita tersendiri saat menjalani liputan-liputan bersama teman-teman. Bagaimana rasanya liputan saat tidak memiliki uang, mengejar narasumber yang sulit untuk diwawancarai, dicurigai oleh orang lain, bahkan hingga dimarahi oleh narasumber. Semua adalah pengalaman yang tidak terlupakan khususnya bersama tim NEWSCOVERY. Lelah yang menghampiri terkadang terbayar dengan kepuasan mendapat berita di lapangan. Tentunya pulang tidak dengan tangan kosong. Biasanya sejenak melupakan lelah dengan memanfaatkan kesempatan foto-foto diluar liputan untuk refreshing. Hehehe narsis sedikit. Berikut behind the scene NEWSCOVERY:

Perjalanan Kocak dan Sengsara Saat Liputan di Bogor
Liputan di Bogor penuh cerita kocak dan nekat. Saat itu newscovery akan meliput untuk update rubric travel.

• Dua kali Salah Pegang
Hari minggu, 2 Juni kami berangkat ke Bogor untuk liputan dengan menaiki kereta keberangkatan pukul 12.00 WIB. Saat itu kereta cukup padat dan kami dengan penumpang lain berebutan masuk ke dalam kereta, karena konsentrasi pada kaki saya melihat kearah bawah takut kaki saya ketinggalan, nah karena sibuk dengan kaki, tahu-tahunya tanpa di sadari tangan saya memegang buah dada ibu-ibu sekitar berusia 30 tahun, saya pikir yang saya pegang adalah bahu orang, namun saat saya melihat ke atas ternyata saya salah pegang. Ibu–ibu itu tampak marah karena ia kira saya seorang pria, akhirnya cepat-cepat saya minta maaf tetapi ibu tersebut tanpa reaksi hanya melihat dengan sinis. Ya, wajar bila ia marah karena saya memegangnya cukup keras seperti mencengkram. Kejadian itu tidak akan saya lupakan, selama perjalanan saya dan teman-teman tertawa terbahak-bahak. Begitupula saat tiba di stasiun Bogor, para penumpang dorong-dorongan untuk keluar, nah bodohnya lagi saya memegang buah dada ibu-ibu tanpa sengaja tapi untungnya ibu tersebut tidak tahu. Penghantar perjalanan kami ke Bogor sungguh konyol dan menggelikan. Hem tidak tebayangkan mengingat kejadian tersebut.

• Sedotan Mahal di Pizza Meteran
Jika biasanya memesan minuman pasti diberi sedotan atau bahkan kalau meminta sedotan pasti gratis. Tetapi tidak dengan yang satu ini. Saat makan di pizza meteran Bogor kami memesan beberapa minuman, tidak lama pelayannya datang mengantarkan minuman tetapi tidak ada sedotan. Nah karena nanda terbiasa menggunakan sedotan ia meminta, kemudian sang pelayan memberi 5 buah sedotan. Kami berpikir sedotan gratis, namun sayang dan apa boleh buat ketika kami meminta billing, tertera disitu harga sedotan tersebut Rp.18.000,-. Secara serentak kami teriak dan tidak percaya. Bukan menekan pengeluaran untuk lebih irit tapi justru pengeluaran membludak diluar badget. Hahaha.

• Bertiga Berebutan Air Minum 5 ml
Liputan ke bogor dengan uang pas-pasan. Dari liputan pizza meteran, kami menuju Kebun Raya Bogor untuk promosi offline blog NEWSCOVERY. Setelah setengah hari mengelilingi beberapa tempat di Bogor. Kami beristirahat sejenak di masjid Kebun raya Bogor sekalian shalat dan memindahkan foto-foto hasil liputan. Uang di kantong sudah tidak ada sementara sudah haus sekali, saya melihat sisa minum di botol sepertinya milik nanda. Ketika saya mau ambil ternyata Noval juga sudah melirik botol minum tersebut, saya dan Noval berebutan minum cepat-cepatan hingga pukul-pukulan padahal hanya berisi sekitar 5 ml saja tetapi tidak ada yang mengalah. Akhirnya supaya adil minum tersebut dibagi berdua. Tidak lama kemudian, Nisa minta minum juga tetapi sudah habis. Kami bertiga tidak bisa menahan ketawa. Apalagi saya dan Noval terus tertawa seperti orang gila di sepanjang jalan sementara Nanda dan Dewi hanya bingung tidak tahu apa-apa melihat kami. Betapa sengsaranya tapi berkesan.

Terbawa Arus Ketika Liputan Banjir di Kampung Sawah
Lucu dan tidak terlupakan, poster tubuh kurus sangat mudah terombang ambing oleh arus, itulah yang saya rasakan ketika meliput banjir di sekitar daerah rumah saya. Kejadian tersebut ketika saya baru pulang dari kampus sekitar jam 9 malam, saat itu Damai Musyawarah banjir besar, Memang daerah ini sudah langganan banjir namun karena sudah beberapa hari tidak banjir tanpa pikir panjang, saya berinisiatif mengambil kamera digital di tas untuk foto dan mengabadikan moment tersebut. Gara-gara Posisi kaki yang tidak kuat dan repot dengan menjinjing barang bawaan seperti sepatu, helm, dan tas, malah saya terbawa arus dan terjatuh, reflek saya langsung memeluk pohon yang ada disekitar. Cukup memalukan karena banyak tetangga yang melihat dan mereka menolong dengan menaiki saya ke bath up bekas yang dijadikan perahu khas kampung sawah. Lucu dan konyol, berenang gratis malam-malam dengan air coklat susu. Hahahaha tapi tidak masalah, saya masih bersyukur Alhamdulillah kamera digital selamat. Saya hanya bisa mentertawakan diri sendiri. Ini cerita di balik Liputan “Banjir Tak Kunjung Usai”. Perjuangan yang tidak sia-sia.

Mengejar Parade Jakarnaval, Kacamata Jatuh
Saya, noval, nisa, nanda, dan sebagian teman-teman dari kelompok lain, seperti stardio, labirinnews, newsflood, abetternews berangkat bareng untuk liputan parade Jakarnaval, kami konvoi dengan menggunakan motor, karena takut terlambat menuju lokasi, kami berangkat terburu-buru. Sesampainya di kuningan kacamata kesayangan saya jatuh. Benar-benar tidak terasa. Okta dan Noval yang memberi tahu. Saya langsung check di kantong dan ternyata memang sudah tidak ada. Karena macet, Kondisi yang tidak memungkinkan untuk balik arah, akhirnya terpaksa saya mengikhlaskan kacamata itu walaupun sebenarnya kaget dan lemas. Paling menyedihkannya, saya hanya bisa melihat dari layar kamera sebagai alat bantu saat liputan berlangsung karena saya tidak bisa melihat jelas, semua samar-samar. Liputan tanpa kacamata, penglihatan menjadi sempit.

Senyum Mpok Nori di Jakartanaval 2011
Minggu, (26/06/2011) di tengah sibuknya meliput satu persatu persiapan mobil hias, saya berjalan menyusuri sepanjang jalan Kebun sirih, dari beberapa mobil hias saya melihat mpok Nori sedang berpantun di salah satu mobil hias yaitu Mobil Dinas Administrasi Jakarta Barat. Betapa senangnya hati ini bertemu pelawak idola saya, dengan senyum dan gaya yang khas Mpok Nori menyapa para pengguna jalan dan melambaikan tangannya. Saat ingin saya foto, ia bergaya layaknya anakmuda. Canda dan teriakannya membuat saya dan Nisa tertawa. Hiburan gratis bagi saya. Hehehe.

Peralatan Liputan Seadanya di Depan Gedung DPR dan Tanpa Persiapan
Liputan di DPR pertama kali, dengan kamera seadanya (nasib buruh). Diberi kabar mendadak bahwa akan ada demo hari buruh se-dunia di DPR, sementara pada hari H, saya, noval, dewi, Nisa tidak bisa meliput karena sedang Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas penerangan TNI. Di luar dugaan, kami diberi kelonggaran waktu sehingga pulang lebih cepat dari temapt PKL. Kesempatan ini kami gunakan untuk liputan. Seperti orang buta, kami tidak mengerti permasalahannya, khususnya saya yang bertanggung jawab atas rubrik berita belum menyiapkan pertanyaan, dan yang lebih parah lagi di antara kami tidak ada yang membawa kamera. Hanya dengan modal nekat, kami ke gedung DPR untuk mendapatkan berita tersebut. Sesampainya di gedung DPR, saya hanya menggunakan kamera HP seadanya meliput demo tersebut. Ya mungkin hasil gambarnya tidak maksimal tetapi yang terpenting adalah mendapatkan moment tersebut. Sempat canggung meliput bareng wartawan elektronik maupun cetak lainnya dengan perlengkapan yang jauh lebih siap dan lengkap dari kami. Tetapi karena nekat, justru kami berada di barisan paling depan untuk mengambil gambar. Saya dan teman-teman sangat bersyukur. Hehehe. Di hari yang bersamaan pula di waktu yang berbeda terdapat pula demo mengenai Warga NTB menuntut keadilan saham 7% Divestasi. Ribuan pendemo dari Kalimantan dan mahasiswa datang memenuhi jalan sekitar Gatot Subroto. Padahal diawalnya kami mengira akan kehilangan moment demo perawat karena terlambat. Namun rezeki tidak kemana, kami malah mendapat dua berita sekaligus dalam satu hari. Kesenangan dan kepuasan tersendiri saja untuk kelompok kami karena baru pertama kali benar-benar meliput di gedung DPR.

Celoteh Kelulusan SMA
Senin, (16/05) berita kelulusan SMA sudah ditetapkan, saya dan noval liputan berdua menyusuri jalan-jalan sekitar Cilandak, untuk mencari aksi coret-coretan. Tetapi tumben sekali sekolah yang menjadi langganan aksi coret-coretan terlihat sepi. Kami terus menyusuri Cilandak, kebetulan masih ada beberapa kelompok yang melakukan aksi coret-coretan. Dengan antusias mereka mengekspresikan dirinya dan bercerita seputar kelulusan di sekolah 100%. Mengingat kembali masa SMA, celoteh dan banyolan Farid bersama teman-temannya yang menganggap saya dan Noval adalah wartawan televisi, mereka berdandan mengira akan disiarkan di televisi. Tingkah yang lucu dan lugu.

Sakit Bukan Halangan
NEWSCOVERY liputan bersama ke Kampung Cina, panas terik membakar kulit tidak menjadi masalah. Siang hari kami bersama berangkat naik motor. Liputan travel ke Kampung Cina sudah saya nantikan dari lama, sangat disayangkan pada hari tersebut kondisi badan saya bertambah drop tetapi tetap memaksakan untuk ikut liputan. Sakit bukan halangan yang terpenting kebersamaan walaupun tidak bisa menikmati suasana disana sepenuhnya.

Di kantong Hanya Rp. 5.000, Makan Minum Minta
Pameran Flora dan Fauna (Flona) di Taman Lapangan Banteng menjadi salah satu liputan untuk tugas update deadline dua hari sekali jurnalistik online. (21/06) setelah PKL sekitar pukul 14.00 WIB, Saya, Noval, Nisa, dan Dewi langsung menuju ke Lapangan Banteng yang tidak jauh dari tempat PKL. Sesampainya disana acara belum dimulai, namun keramaian sudah tampak terlihat. Berbagai stand dipenuhi oleh pengunjung. Kami pun penasaran untuk mengunjungi setiap stand kecuali Dewi yang duduk sendiri karena sakit sehingga tidak ikut liputan. Setelah 1,5 jam meliput, rasa haus dan lapar menghampiri. Perut sudah tidak dapat menahan lagi. Ingin membeli minum atau makan tetapi uang di kantong hanya tersisa Rp. 2.000,- untuk ongkos pulang naik angkot. Sementara Rp. 3.000,- untuk membayar parkir. Untungnya Dewi dan Nisa membawa makan dan minum, jadi kami makan bersama. Alhamdulillah, setidaknya mengganjal perut sementara dan dapat makan gratis pula. Hehehe. Terimakasih Dewi dan Nisa.

Rapat Redaksi Newscovery

Selain Liputan ada pula pengalaman seru dan menarik lainnya yaitu RAPAT REDAKSI NEWSCOVERY yang tentunya tidak dapat dilewatkan. Ini justru yang paling penting sebelum berangkat liputan karena semua persiapan, koordinasi antar anggota, menentukan kesepakatan tempat dan waktu liputan, sampai rapat untuk mempromosikan newsblog NEWSCOVERY secara offline dan online. Ada kisah lain juga di balik layar rapat redaksi yang tidak kalah serunya. Sebelum mendapatkan nama NEWSCOVERY saja kami melakukan rapat terlebih dahulu. Awalnya kami memberi nama UNYU tetapi karena nama tersebut lucu dan kurang berbobot akhirnya setelah seharian mencari nama baru, kami menemukan sebuah ide dengan nama NEWSCOVERY. Banyak pengalaman di Mata kuliah Jurnalistik Online. Salah satunya, Pengalaman baru menjadi pemred. Walaupun di lingkup kecil, hanya menjadi pemred di kelompok tetapi cukup berasa repot dan tidak mudah, memiliki tanggung jawab yang besar, tidak menutup kemungkinan ketika rapat redaksi sering terjadi salah paham dan pertengkaran karena perbedaan pendapat dan keinginan. Sulit memahami isi kepala setiap orang. Terkadang saya suka bingung ide siapa yang terlebih dahulu di dahulukan. Namun disini saya belajar mempelajari karakter masing-masing anggota dan bersama-sama saling menghargai perbedaan yang ada sehingga tidak menang sendiri. Beberapa kali rapat redaksi tetapi belum juga ditemukan ide yang cocok.

Belajar membuat blog dengan wordpress sebuah tantangan baru karena banyak pula kata yang tidak saya mengerti, maka di rapat redaksi saya tidak malu-malu untuk bertanya setiap arti yang tidak saya ketahui. Terkadang pertanyaan itu menimbulkan gelak tawa teman-teman NEWSCOVERY, ya tetapi saya anggap lebih baik bertanya daripada tidak sama sekali. Adapula angka yang akan selalu saya ingat yaitu 23.59.59. Itu adalah waktu deadline yang membuat kami cukup panik. Hehehe

Ini adalah Matakuliah baru dan tantangan baru. Saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Hagi Hagoromo atas bimbingan dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama satu semester ini. Tidak lupa juga kepada anggota NEWSCOVERY atas kerjasama dan pengertian teman-teman. HIDUP NEWSCOVERY

[teks: tinu] 

Tinggalkan komentar