Dari Balik Layar Newscovery

Tugas liputan sudah menjadi makanan sehari-hari buat kami, banyak suka dan duka telah di lewati saat liputan dimana saja. Rasa kebersamaan diantara kami pun sudah mulai erat satu dengan yang lainnya. Berikut kisah atau cerita yang tersisa dan menjadi satu dalam sebuah kenangan selama liputan tugas on line kami;

Liputan di Kampung Cina

liputan di kampung cina merupakan liputan tugas pertama online kami, walau begitu tidak ada persiapan yang begitu rumit namun kami harus berkejaran dengan waktu dikarenakan sorenya kami harus masuk kuliah. Sampai Di kampung cina saja kami kepagian dan suasanya pun masih sepi dari pengunjung.

Karena bingung mau menuis apa akhirnya kami menulis berdasarkan apa yang kami lihat sehingga tak banyak waktu untuk kami berlama-lama disana. Liputan dengan waktu yang sempit tidak membuat kami nyaman dan tenang dalam mencari bahan-bahan liputan, tapi dengan begitu kami bisa belajar membagi waktu agar semuanya dapat di lakukan tanpa mengorbankan jadwal yang sudah ada.

Liputan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR)

Liputan kami berlanjut di gedung DPR, di sanakami ingin meliput ratusan mahasiswa yang sedang berdemo menuntut   rancangan undang-undang tentang perawatan. Karena baru pertama kali meliput di gedung  DPR kami pun bingung karena sesampai disana tidak ada yang berdemo dan suasanya pun sepi sekali. Tapi ternyata kami salah masuk, kami datang dari pintu belakang sedangkan yang berdemo berada di pintyu depan gedung DPR.

Sesampai disana ternyata tak hanya kami saja, sudah banyak wartawan-wartawan dari media dan kami menjadi sedikit canggung karena pastinya mereka lebih berpengalaman dan lebih pandai dari kita. saat itu juga kami liputan hanya bermodal kamera dari handpone blackbery di karenakan kami sendiri mendadak untuk ambil liputan tersebut.

Liputan di kota Hujan Bogor

Merasa bosan liputan di daerah Jakartadan sekitarnya terus. Akhirnya kami berempat yaitu Dewi, Nanda, Nisa, Tinu dan saya sendiri Noval pergi meliput ke Kota Bogor. Kami pergi dengan naik kendaraan umum dan tujuan kami disana  ingin meliput tempat makan Pizza meteran yang tidak jauh dari terminal Baranangsiang (Bogor) serta ingin meliput Kebon Raya Bogor. Di saat liputan dikota ini banyak cerita-cerita lucu yang kami lewati, diantaranya.

                Pertama, setelah kami selesai liputan di tempat pizza meteran selanjutnya kami pergi ke tujuan kedua yaitu Kebon Raya Bogor. Sebelumnya kami bingung mau naik apa, kemudian kami bertanya ke tukang dagang yang mangkal di sekitar terminal Barangsiang. Pedagang itu pun menjawab “ jalan kaki saja kalau ingin ke Kebon Raya Bogor soalnya dekat. Mendengar kata “dekat” akhirnya kami melanjuti perjalanan dengan berjalan kaki.

Setelah terus berjalan Ternyata tempatnya tak sedekat yang kami bayangkan, mungkin tukang dagang itu sudah biasa jalan kaki dari terminal Barangnangsiang ke Kebon Raya Bogor jadi mereka bilang jalan kaki saja karena dekat. Padahal buat kami itu lumayan jauh dan lumayan pegal, apalagi di Kebon Raya Bogor  kami  harus berjalan lagi untuk  mengelilingi wilayah Kebon Raya bogor, tidak kebayang pegal dan capeknya seperti apa.

Selanjutnya yang kedua, gara-gara liputan tidak membawa uang banyak dan kebetulan kami juga lagi tidak punya uang, disana saya pun benar-benar mengirit. Untuk minum air saja saya mesti menunggu salah satu teman saya yang membelinya dan itu juga minumnya beramai-ramai, sampai tetes terakhir saja saya harus berebutan air dengan tinu.

Ini merupakan pengalaman pertama saya liputan di kotabogortentunya dengan penglaman yang menarik yaitu di bohongi tukang dagang yang bilang Kebon Raya Bogor tidak jauh dari sini dan pergi liputan dengan bawa uang pas, sampai minum  saja harus menunggu ada yang beli dan  itu juga harus berebutan. Mungkin jika diminta untuk kedua kalinya saya harus berfikir dua kali kalau di saat liputan lagi tidak punya uang.

Liputan Pertandingan Bola Antar Kampung

Jika mengingat liputan ini saya terkadang sering tertawa dan terlihat bodoh sekali. Mungkin ini bisa dikatakan bukan hal yang disengaja dan jarang terjadi karena saya sendiri tidak tahu kalau saat itu yang bertanding ialah tim sepakbola dari daerah bojong gede ( bogor). lucunya saya tidak sadar kalau ternyata salah satu pemainnya ialah sepupu saya. Sampai  banyak pertanyaan yang sudah di keluarkan saat wawncara dengan pelatihnya.

Namun saya baru sadar, saat saya menanyakan tim sepakbola ini asalnya darimana. Ternyata sang pelatih menjawab dari bojong gede (bogor). Lalu saya bilang “wah pak nenek sama saudara saya ada yang tinggal di bojong dan ternyata mereka tinggal dekat rumah saudara saya. Dari situ obrolan terus berlanjut sampai akhirnya saya bertanya, “berarti bapak kenal dengan bang elay dong?” terus pelatih itu bilang, “nah itu anaknya lagi main!”. Saya menjadi kaget dan terasa malu, karena sudah sejam mengikti pertandingan itu ternyata salah satu pemainnya sepupu saya sendiri.

Liputan di Pekan Raya Jakarta

Saat itu kami dari newscovery gabung bersama stardio dan labirin meliput pekan raya Jakarta. Kami beramai-ramai kesana dengan mengendarai sepeda motor. Disini lucunya saat  liputan belum dapat, kami justru foto-foto. Mulai dari pintu masuk PRJ sampai setiap ada tempat yang bagus  pasti tidak ketinggalan untuk berfoto. Namun pada akhirnya kami pun tidak lupa dengan tujuan pertama kami yaitu liputan.

Setelah liputan sudah di dapat, kami pun menonton konser music dan kebetulan bintang tamunya saat itu ialah band Naif yang memiliki banyak penggemar. Pada malam itu naïf tampil sangat memukau, sehingga kami terhipnotis dengan lagu-lagu yang di bawakannya, mulai dari lagu-lagu lama mereka hingga lagu terbarunya.

Tanpa disadari waktu sudah tengah malam,  saat itu rasanya kami semua  sama sekali tidak ingin meninggalkan arena prj lebih cepat dan akhirnya kami pun baru pulang saat konser music naïf selesai. Karena keasikan akhirnya kami sampai di rumah pun sudah jam 5 pagi. Itu merupakan penglaman pertama saya pergi meliput hingga pagi hari. [teks: noval – foto: dok. pribadi]

Tinggalkan komentar